animasi blog

Sabtu, 28 Maret 2015

Catatan Akhir Sekolah

Semenjak saya dan mereka menyatu dalam satu kelas, terciptalah komitmen untuk selalu bersama. Bukan sebagai teman sekelas, tapi sebuah keluarga. Lalu komitmen itu mulai berubah menjadi ketakutan. Ketakutan yang mencekam seperti sejuk yang merambat di permukaan kulit, lalu merasuk hingga ke tulang dan membekukannya. Saya terlalu takut untuk meyakini kalau sebentar lagi saya akan kehilangan keluarga saya.

Ada sesuatu pada mereka. Setiap gerakan mereka membuat saya tercengang, kadang tertawa, kadang merasa jengkel. Tapi itu adalah bentuk ekspresi mereka. Dan sialnya, saya menyukai apa yang mereka perbuat. Tepuk tangan saat seseorang datang terlambat dan tawa saat sang objek penderita kebingungan. Kegaduhan saat ada orang yang sial untuk menerima "gesekan" dan tertawa bersama, mengetahui semua orang menikmatinya. Atau waktu wali kelas berdelik marah, terganggu oleh tawa anak-anak. Teman sekelas yang tidak bisa duduk diam, mengitari kelas mencari suatu objek yang dimainkan. Saya selalu menemukan sesuatu yang istimewa dalam setiap tingkah mereka.

Karena itulah, saya tidak cukup berani saat mengetahui waktu saya untuk bersama mereka akan segera berakhir. Kami lebih dari sekedar sekumpulan orang yang berkumpul di tempat yang sama, waktu yang sama, dan kota yang sama. Kami adalah keluarga.

Meski kadang hasrat untuk menempeleng mereka muncul karena lawakan yang sukses membuat saya tertawa, rasa kehilangan itu tetap ada. Saya akan kehilangan keceriaan ditengah-tengah lautan tugas sekolah. Kehilangan teman membolos saat merasa bosan.
Kehilangan ocehan guru yang kadang membuat mengantuk. Kehilangan bau pagi dan gemerisik daun yang bergesekan di sekolah. But most of all, saya akan kehilangan mereka.

Perasaan kebas itu kini terhapus. Bukankah di setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan?
Mereka punya impian. Saya punya impian. Berpisah untuk mengejarnya bukanlah suatu hal yang harus ditangisi.

Saya akan merindukan ocehan mereka, para guru, dan terik matahari yang menyengat saat upacara. Bahkan celotehan yang paling menyakitkan pun akan sangat terasa merindukan.

Demi apapun itu, saya tidak akan melupakan masa-masa Sekolah saya.

Trimakasih untuk kebersamaannya ya..